Lahirnya Huruf Jawa Ha Na Ca Ra Ka (Terjadinya Bledug Kuwu Part4)
Medang Kamolan semakin lama kian makmur, rakyat dulunya dipenuhi rasa ketakutan, sekarang hidup tentram aman dan damai karena sudah tidak ada ancaman dijadikan korban oleh Dewata Cengkar, terlebih kerajaan medang kamolan sekarang dipimpin oleh seorang Raja yang arif dan bijaksana, kemakmuran rakyat selalu diperhatikan oleh pemerintah. Hasil bumi yang melimpah telah mengundang warga asing untuk berdagang membeli hasil bumi di Medang Kamolan, selain itu banyak juga ilmuan yang mempelajari sistem pemerintahan yang diterapkan.
Namun mengemban tugas menjadi seorang raja bukan suatu hal yang mudah, dengan kedudukannya sekarang Ajjisaka memerlukan pusaka yang mana telah dititipkan oleh sahabatnya, Semada. Karena padatnya kkesibukan untuk mengurusi kerajaan, Ajisaka meminta toolong kepada Dora untuk mengambilkan pusaka yang telah dititipkan kepada Sembada. Lalu, Dora menjalankan tugasnya untuk mengambilkan pusaka di Nusa Majedi. Perjalanan ke Nusa Majedi berlangsung cukup lama, namun Dora berangkat seorang diri dari kerajaan.
Kapal layar yang ditumpangi Dora kian mendekat dengan Nusa Majedi dan akhirnya merapat di pelabuhan. Dora menyambangi tempat peristirahatan saat melakukan perjalanan menuju medang kamolan. Benar saja, sahabatnya masih setia menunggu ditempat tersebut. Suasana pertemuan kedua orang sahabat ini menjadi pecah, mereka berpelukan melepas rindu sampai-sampai air mata mereka berlinang. Dora pun menceritakan bahwa Ajisaka menjadi seorang raja di medang kamolan setelah menghentikan kesewenang-wenangan Dewata Cengkar kepada rakyat medang kamolan. Mereka bertukar cerita segala sesuatu yang telah dialami.
Setelah, bercerita panjang lebar Dora menjelaskan kedatangannya untuk mengambil pusaka Tuannya Ajisaka. Namun Sembada memberikan pengertian kepada Dora bahwa sebelum Ajisaka berangkat ke Medang Kamolan, beliau perpesan, "Sembada, saya akan melanjutkan perjalanan ke Nusa Jawa, Dora yang saya ajak untuk membantu. Sedangkan kamu sementara waktu singgah dahulu di Nusa Majedi ini, disamping menjaga barang-barang juga merawat perbekalan yang ada. Dan keris pusaka saya ini saya tinggal, hendaknya dijaga baik-baik. Apabila ada orang yang meminta atau meminjamnya, jangan sampai kau berikan terkecuali aku sendiri yang datang." demikian Sembada menyampaikan kepada sahabatnya. Namun Dora juga menjelaskan bahwa rajanya sangat sibuk mengurusi kerajaan, dan mustahil untuk mengambil pusaka sendiri. Bagi Dora kembali menghadap raja tanpa hasil adalah hal yang memalukan, sehingga keduanya bersikekeh dengan tugas yang diembannya. Mereka beradu mulut karena mereka sama-sama menjalankan tugas dari Ajsaka. Sembada meminta kepada Dora, jika Dora menginginkan pusaka tersebut, Dora harus mengalahkan sahabatnya sendiri. Mendengar tantangan tersebut Dora naik pitam, lalu menyerang Sembada, pertikaian diantara keduanyapun terjadi sangat hebat, keduanya saling serang, meskipun sudah berlalu sangat panjang dan belum terdapat adanya tanda-tanda kekalahan, keduanya masih sama kuat. Hingga pada akhirnya Dora lengah, dan Sembada berhasil menancapkan keris kedada Dora, yang menyebabkan Dora tersungkur. Namun dalam keadaan tersungkur tersebut, Dora masih mampu mencabut dan ganti menancapkat keris di tubuh Sembada yang telah mengira lawannya sudah mati. Tidak ada yang menang dan tidak , kepada yang kalah dalam perkelahian tersebut, keduanya sama-sama merenggut nyawa.
Hari-hari kian berlalu, firasat buruk menghampiri pikiran Ajisaka karena seorang utusan yang diberikan tugas tidak kunjung pulang. Di saat Ajisaka memiliki waktu senggang dia memutuskan bertolak ke Nusa Majedi untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Benar saja apa yang dirasakan oleh Ajisaka, Ajisaka mendapat kabar dari penduduk sekitar keduanya telah tewas. Ajisaka sangat sangat sedih dan menyesali perbuatannya. Lalu untuk mengenang kedua sahabatnya dia membuat huruf-huruf yang merupakan perpaduan huruf PALAWA dan DEWANAGARI pada batu besar sebagai PRACASTI.Huruf-huruf tersebut menceritakan kedua sahabatnya yang gugur dalam menjalankan tugas, huruf tersebut dinamakan huruf JAWA. Di Nusa Majedi atau sekarang disebut pulau Bawean inilah huruf JAWA di tulis. Sekarang tempat tersebut dinamakan PENGEN (Tanjung Anyar). Keadaannya diapit ooleh 2 gunung, berjarak kurang lebih 11,5 sekitar pelabuhan terdapat makam, besar dugaan makam tersebut adalah makam Dora dan Sembada.
Namun mengemban tugas menjadi seorang raja bukan suatu hal yang mudah, dengan kedudukannya sekarang Ajjisaka memerlukan pusaka yang mana telah dititipkan oleh sahabatnya, Semada. Karena padatnya kkesibukan untuk mengurusi kerajaan, Ajisaka meminta toolong kepada Dora untuk mengambilkan pusaka yang telah dititipkan kepada Sembada. Lalu, Dora menjalankan tugasnya untuk mengambilkan pusaka di Nusa Majedi. Perjalanan ke Nusa Majedi berlangsung cukup lama, namun Dora berangkat seorang diri dari kerajaan.
Kapal layar yang ditumpangi Dora kian mendekat dengan Nusa Majedi dan akhirnya merapat di pelabuhan. Dora menyambangi tempat peristirahatan saat melakukan perjalanan menuju medang kamolan. Benar saja, sahabatnya masih setia menunggu ditempat tersebut. Suasana pertemuan kedua orang sahabat ini menjadi pecah, mereka berpelukan melepas rindu sampai-sampai air mata mereka berlinang. Dora pun menceritakan bahwa Ajisaka menjadi seorang raja di medang kamolan setelah menghentikan kesewenang-wenangan Dewata Cengkar kepada rakyat medang kamolan. Mereka bertukar cerita segala sesuatu yang telah dialami.
Setelah, bercerita panjang lebar Dora menjelaskan kedatangannya untuk mengambil pusaka Tuannya Ajisaka. Namun Sembada memberikan pengertian kepada Dora bahwa sebelum Ajisaka berangkat ke Medang Kamolan, beliau perpesan, "Sembada, saya akan melanjutkan perjalanan ke Nusa Jawa, Dora yang saya ajak untuk membantu. Sedangkan kamu sementara waktu singgah dahulu di Nusa Majedi ini, disamping menjaga barang-barang juga merawat perbekalan yang ada. Dan keris pusaka saya ini saya tinggal, hendaknya dijaga baik-baik. Apabila ada orang yang meminta atau meminjamnya, jangan sampai kau berikan terkecuali aku sendiri yang datang." demikian Sembada menyampaikan kepada sahabatnya. Namun Dora juga menjelaskan bahwa rajanya sangat sibuk mengurusi kerajaan, dan mustahil untuk mengambil pusaka sendiri. Bagi Dora kembali menghadap raja tanpa hasil adalah hal yang memalukan, sehingga keduanya bersikekeh dengan tugas yang diembannya. Mereka beradu mulut karena mereka sama-sama menjalankan tugas dari Ajsaka. Sembada meminta kepada Dora, jika Dora menginginkan pusaka tersebut, Dora harus mengalahkan sahabatnya sendiri. Mendengar tantangan tersebut Dora naik pitam, lalu menyerang Sembada, pertikaian diantara keduanyapun terjadi sangat hebat, keduanya saling serang, meskipun sudah berlalu sangat panjang dan belum terdapat adanya tanda-tanda kekalahan, keduanya masih sama kuat. Hingga pada akhirnya Dora lengah, dan Sembada berhasil menancapkan keris kedada Dora, yang menyebabkan Dora tersungkur. Namun dalam keadaan tersungkur tersebut, Dora masih mampu mencabut dan ganti menancapkat keris di tubuh Sembada yang telah mengira lawannya sudah mati. Tidak ada yang menang dan tidak , kepada yang kalah dalam perkelahian tersebut, keduanya sama-sama merenggut nyawa.
Hari-hari kian berlalu, firasat buruk menghampiri pikiran Ajisaka karena seorang utusan yang diberikan tugas tidak kunjung pulang. Di saat Ajisaka memiliki waktu senggang dia memutuskan bertolak ke Nusa Majedi untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Benar saja apa yang dirasakan oleh Ajisaka, Ajisaka mendapat kabar dari penduduk sekitar keduanya telah tewas. Ajisaka sangat sangat sedih dan menyesali perbuatannya. Lalu untuk mengenang kedua sahabatnya dia membuat huruf-huruf yang merupakan perpaduan huruf PALAWA dan DEWANAGARI pada batu besar sebagai PRACASTI.Huruf-huruf tersebut menceritakan kedua sahabatnya yang gugur dalam menjalankan tugas, huruf tersebut dinamakan huruf JAWA. Di Nusa Majedi atau sekarang disebut pulau Bawean inilah huruf JAWA di tulis. Sekarang tempat tersebut dinamakan PENGEN (Tanjung Anyar). Keadaannya diapit ooleh 2 gunung, berjarak kurang lebih 11,5 sekitar pelabuhan terdapat makam, besar dugaan makam tersebut adalah makam Dora dan Sembada.
Huruf jawa tersebut dapat di jabarkan sebagai berikut ;
Ha Na Ca Ra Ka = Ada utusan
Da Ta Sa Wa La = Saling bertengkar
Pa Dha Ja Ya Nya = Sama-sama digdaya
Ma Ga Ba Ta Ngan = Sama jadi mayatnya (sampyuh)
Artikel terkait ; Arti Aksara Jawa (Ha Na Ca Ra Ka)
Nilai-nilai budaya dalam kandungan huruf jawa masih memiliki arti lagi apabila dijabarkan satu per satu. Huruf terssebut tidak dapat digunakan untuk membuat kalimat jika tidak diberi sandangan atau harakat (dalam bahasa Arab).
Artikel lanjutnya ; Terjadinya Bledug Kuwu (Last part)
Komentar
Posting Komentar