Budaya Pengguna Jalan di Makassar

Tanggal 19 Maret 2017 adalah hari pertama saya menginjakan kaki saya di Makassar. Penempatan kerja di makasar ini mungkin sudah menjadi rancangan Tuhan yang indah, bayangan saya selama berada dalam perjalanan ke Makassar, Makassar adalah kota metropolitan, banyak permasalahan komplex disini. Sebagai masyarakat minoritas disini tentunya saya mesti lebih berhati-hati dalam bertingkahlaku, harus belajar budaya yang ada di sini. Saya rasa hidup di Makassar akan menjadi rutinitas yang sangat menyenangkan dan penuh tantangan.
Setiba di Bandara yaitu pukul 19.00, saya di jemput oleh calon atasan. Beliau cukup menyenangkan, selama perjalanan dari bandara menuju tempat tinggal saya nantinya beliau merasa beruntung ditempatkan di makassar, selain sebagai pusatnya Indonesia timur, disini masyarakatnya unik-unik, beliau cerita banyak, beliau juga menyarankan saya untuk belajar tentang budaya makassar.
Salah satu budaya yang menurut saya sangat unik di makassar yaitu para pengguna jalan. Pengguna jalan di makassar menurut saya sangat ngawur, istilah istilah orang jawa sak penake udele, seakan rambu-rambu lalu-lintas hanya sebagai pajangan sepanjang jalan. Banyak orang motong jalan sembarangan, nyebrang sembarangan, haduh parah,..... saya pikir jika orang makassar naik motor di jawa, bakalan kena tilang setiap 500 meter. Hal aneh yang saya lihat di kota makassar, tak adanya pos-pos polisi di persimpangan jalan-jalan protokol, bisa jadi ini adalah salah satu penyebab kenapa banyak pengguna jalan melakukan pelanggaran.
Hal uniknya pengguna jalan yang ngawur, ada lagi sesuatu yang menurut saya aneh yaitu menatap mata pengguna jalan. Jika di jawa, apabila terjadi se2 dikit kesalah pahaman antara 2 pengguna jalan, adalah hal biasa saling menatap satu sama lain, asalkan pandangan tidak dipenuhi rasa amarah ataupun tidak diikuti dengan makian. Beda halnya dengan di makassar, kesalah pahaman berkendara yang disusul dengan pandangan dianggap sebagai bentuk ajakan untuk bertikai walaupun dengan pandangan hangat sekalipun. Maka tak aneh jika banyak orang yang melakukan kesalahan di jalan dan seakan masa bodoh dengan apa yang ia lakukan, karena memang mereka menghindari pertikaian.

Menurut saya ini hal yang unik dan aneh. Kenapa kalo kita memang menghindari pertikaian kita berupaya berkendara dengan baik dan sesuai saja? Nampaknya saya mesti belajar banyak di Makassar, pusatnya Indonesia Timur. Saya yakin disini banyak potensi yang dapat saya gali.


Komentar

  1. Haha selamat datang di makassar, saya juga pas dua taun yg lalu saat pertama kali datang kaget karena disini tidak ramah dg pejalan kaki karena trotoar sempit sekali dan kadang ada yg tidak ada. Semoga kerasan pak. Salam kenal

    BalasHapus
    Balasan
    1. salam kenal juga,...
      harus pintar2 adaptasi ini.hehe

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Alasan kenapa semua bilangan yang dibagi 0 hasilnya 1

Arti Aksara Jawa (Ha Na Ca Ra Ka)

5 Akun Instagram Traveller Dunia yang Patut Anda Ikuti