Datangnya Ajisaka (Terjadinya Bledug Kuwu Part2)
Datangnya Ajisaka
Keadaan Medang Kamolan yang dulunya hidup
aman dan tentram kini berubah
drastis akibat ulah rajanya sendiri. Namun jauh di Negri seberang Medang Kamolan
masih dikenal sebagai Kerajaan besar dimana diketahui masyarakatnya hidup
makmur karena kesuburan tanah di Jawa. Banyak ilmuan dan pedagang yang
hendak membangun kerjasama perdagangan dengan medang kamolan, salah satunya
adalah Ajisaka.
Bersama 2 pengikutnya yaitu Sembada dan
Dora dia berangkat dari kampung halamannya, dalam perjalanan butuh waktu
berbulan-bulan untuk mencapai Nusa Jawa. Pada suatu ketika ketiga orang
tersebut memutuskan singgah di Nusa Majedi, yang sekarang dinamakan Bawean.
Setelah peristirahatan sudah dirasa cukup memulihkan tenaga, Ajisaka berpesan
kepada Sembada. “Sembada,
saya akan melanjutkan perjalanan ke Nusa Jawa, Dora yang saya ajak untuk
membantu. Sedangkan kamu sementara
waktu singgah dahulu di Nusa Majedi ini, disamping menjaga barang-barang juga
merawat perbekalan yang ada. Dan keris pusaka saya ini saya tinggal, hendaknya
dijaga baik-baik. Apabila ada orang yang meminta atau meminjamnya, jangan
sampai kau berikan terkecuali aku sendiri yang datang.“ Sembada menganggukan
kepala sambil menjawab, “Ya Tuanku, semua perintah akan hamba laksanakan dengan
setulus hati.“
Nusa Jawa yang menjadi tempat tujuan sudah
tampak di depan mata, dan kapal berhasil merapat. Perjalanan darat yang penuh
dengan hutan belantara, pebukitan dan gunung dapat dilalui. Hampir memasuki
perbatasan Medang Kamolan mereka sesekali bertemu dengan pengungsi yang
tak lain adalah rakyat Medang Kamolan. Maka didekatinya orang-orang tersebut
oleh Ajisaka yang bermaksud untuk mengetahui keadaan yang terjadi di Medang
Kamolan, namun orang-orang tersebut pergi menjauh seakan-akan mereka mendapatkan
ancaman. Melihat hal tersebut Ajisaka semakin penasaran dengan apa yang terjadi
di Medang Kamolan. Benar saja, memasuki Medang Kamolan banyak rumah yang tidak
berpenghuni, kalau toh ada penghuninya kebanyakan mereka adalah orang yang
berusia lanjut. Namun demikian, perjalanan tetap dilanjutkan Ajisaka dan Dora.
Sampai akhirnya mereka melihat rumah kecil sederhana yang terawat, dengan
halamannya yang bersih dan luas. Tampak rumah tersebut sepi namun berpenghuni,
karena terlihat kepulan asap yang berasal dari rumah tersebut. Lalu Ajisaka dan
Dora berniat bertamu dirumah tersebut, saat Dora mengetuk pintu dan dibukakan
pintu oleh pemilik rumah, tatapan mata pemilik rumah penuh dengan kecurigaan.
Namun, setelah pemilik rumah tahu jika tamu bukan utusan dari kerajaan, pemilik
rumah mempersilahkan masuk kepada Ajisaka dam Dora. Melalui percakapan,
diketahui, pemilik rumah adalah Ki Grenteng. Lalu Ajisaka menyampaikan tujuan
kedatangannya ke Medang Kamolan untuk mempelajari kehidupan di Medang Kamolan,
yang mana telah didengar di negeri seberang bahwasanya kerajaan medang adalah
kerajaan besar yang sangat terkenal kemakmuran rakyatnya. Seketika pernyataan
tersebut disangkal oleh Ki Grenteng, menurutnya memang tanah di sini sangat
subur, tapi rakyatnya miskin semua karena pajak yang sangat tinggi serta rakyat
dipaksa bekerja tanpa upah kepada negara. Selain itu akhir-akhir ini warga
menjadi resah karena rajanya (Dewata Cengkar) selalu mencari korban manusia
setiap hari untuk disantapnya. Bahkan Ki Grenteng khawatir jika Roro Cangkek
(anak Ki Grenteng) menjadi korban selanjutnya, mengingat daging Dewata Cengkar
sangat menggemari daging manusia lebih-lebih daging seorang gadis.
Ki Grenteng sangat menyambut kedatangan
Ajisaka dan Dora banyak hal yang mereka ceritakan. Lalu Ajisaka nampaknya ingin
membuang air kecil, lalu Ki Grenteng meminta Ajisaka untuk ke belakang sendiri,
disaat hendak memasuki kamar mandi tak sengaja dilihatnya Roro Cangkek yang
cantik jelita yang kelihatan gugup karena hampir separuh bagian tubuhnya tidak
tertutup kain, keduanya sempat bepandangan. Ajisaka nampaknya terpepsona dengan
kecantikan Roro Cangkek. Segeralah Roro Cangkek memasuki kamar, dan Ajisaka ke
kamar mandi untuk membuang hajat yang sudah tak tertahankan. Dari kejauhan
tampak seekor ayam jago kegirangan berlari ke kamar kecil yang tampak seolah
kehausan, lalu diminumlah air seni dari Ajisaka. Sesaat setelah meminum air
seni Ajisak, ayam jago tersebut menunjukan perilaku yang tidak biasa yakni
melonjak-lonjak serta bekokok seperti ayam yang akan bertelor. Mendengar
ayamnya yang demikian Roro Cangek keluar kamar untuk mendatanginya, khawatir
jika terjadi apa-apa dengan peliharaannya, digendong ayam tersebut dan
dijulur-julurkan lehernya lalu dimasukan ke dalam kandang dekat lumbung padi.
Obrolan tamu dan tuan
rumah berlangsung sangat hangat sekali, namun siapa sangka Patih Aryo Tengger
dan Tumenggung Rudo Pekso beserta bawahannya sudah mengepung rumah Ki Grenteg,
mereka bermaksud untuk menjemput Roro Cangkek untuk dijadikan santapan Tuannya.
Apadaya yang dapat dilakukan Ki Grenteng, saat mencoba menahan anaknya agar
tidak dibawa petinggi kerajaan, ki Grenteng dan Istrinya malah mendapatkan
hantaman tepat di kepala yang menyebabkan ke dua orang ini pingsan. Patih Aryo
Tengger beseerta bawahannya sengaja tidak menganiaya Ajisaka dan Dora, karena
mengetahui Ajisaka dan Dora bukan warga Medang
Kamolan. Ajisaka juga tidak berusaha melawan Patih, karena dia tahu itu adalah
kewenangan kerajaan. Karena kasihan melihat Roro Cangkek, Ajisaka menawarkan
diri sebagai penggantinya. Pada awalnya patih menolak tawaran dari Ajisaka,
karena daging yang difavoritkan oleh Dewata Cengkar adalah daging seorang
gadis. Namun kepandaian Ajisaka dalam berbicara, akhirnya Patih menyetujui apa
yang telah ditawarkan. Melihat Ajisaka akan diberangkatkan ke kerajaan Roro
Cangkek berlari dan mendekap kaki Ajisaka, bahkan keberangkatan Ajisaka sempat
tertunda. Namun
pada akhirnya perjalanan ke istana tetap dilakukan.
Artikel selanjutnya ; Munculnya Buaya Putih (Terjadinya Bledug Kuwu Part3)
Komentar
Posting Komentar