Berdirinya Kerajaan Medang Kamolan (Terjadinya Bledug Kuwu Part1)

Lahirnya  berbagai budaya masa silam oleh masyarakat jawa begitu membanggakan, hal ini tentunya tak lepas buah karya dari nenek moyang  pada masa keemasaannya, semisal kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Menurut sumber yang saya dapat, tokoh-tokoh yang menyandang tahta di kerajaan yang sering kita degar seperti kerajaan Sriwijaya dan Majapahit bermula dari kerajaan Medang Kamolan. Sedangkan kerajaan medang kamolan berakar dari kerajaan Galuh yang dulunya pusat pemerintahan berada di wilayah Jawa Barat.
Pada masa dahulu konon tanah jawa dikuasai oleh kerajaan Galuh yang dipimpin oleh Sindulaya Sang Hyang Prabu Watu Gunung, melalui jasanya masyarakat Galuh hidup tentram dan makmur. Prabu Watu Gunung memiliki empat orang anak, yang pertama yaitu Dyah Ayu Dewi yang menjadi Ratu di Nusatembini, Pangeran Adipati Dewata Cengkar, Dewata Pemunah Sakti menjadi Adipati di Madura dan yang terakhir Pangeran Adipati Dewata Agung menjadi Adipati di Pulau Bali. Dari keempat anakya, Dewata cengkar sering membuat ulah, tingkah lakunya yang kasar sering meresahkan rakyat kecil, selain itu dia sering berbuat onar dan kegemaran buruknya yang suka memakan daging manusia, lebih-lebih daging seorang gadis. Hal ini membuat kehidupan rakyat galuh yang sebelumnya damai dan tentram menjadi gelisah dan dipenuhi ketakutan, mengingat korban yang diambil Dewata Cengkar adalah rakyat Galuh sendiri. Bagi rakyat yang mempunyai pilihan untuk tinggal di luar wilayah kekuasaan kerajaan Galuh memilih untuk angkat kaki. Melihat tingkah laku rakyat galuh yang berubah, Prabu Watu Gunung meminta bawahannya untuk menyelidikinya. Sontak Sang Prabu marah mengetahui penyebabnya, ulah anak ke duanya sangat mencoreng muka Prabu Gunung. Dengan demikian dimarahilah Dewata Cengkar habis-habisan, anak keduanya itu pun sakit hati mendengar kata kasar yang dilontarkan sang Prabu, sehingga Dewata Cengkar memutuskan untuk hengkang dari kerajaan Galuh. Diam-diam Dewata Cengkar membangun kekuatan besar di daerah timur yaitu daerah pegunungan kendeng yang berhadapan langsung dengan teluk Lusi.
Dewata Cengkar berhasil mendirikan kerajaan yang bernama Medang Kamolan di wilayah tersebut, lalu ia mengangkat dirinya sebagai raja dengan gelar Prabu Dewata Cengkar. Untuk membantu pekerjaannya, ia mengangkat Aryo Tengger sebagai patih dan Rudo Pekso sebagai Tumenggung. Dewata Cengkar berhasil membuat rakyatnya hidup aman tentram dan damai, serta telah dapt melupakan kejadian yang pernah dialaminya di Negara galuh. Namun, rasa dendamnya meluap akibat tersulut oleh kedua pembantuya Aryo Tengger dan Rudo Pekso. Melihat kekuatan yang dimiliki kerajaan Medang Kamolan, Dewata Cengkar barmaksud membalas rasa sakit hatinya untuk menghancurkan kerajaan Galuh yang tak lain adalah ayahnya sendiri. Naas, bagi Prabu Watu Gunung, akibat perbuatan Dewata Cengkar sewaktu masih di kerajaan Galuh, berangsur-angsur warganya hengkang meskipun Dewata cengkar sudah meninggalkan kerajaan Galuh. Mendapatkan  kepercayaan kembali dari warga memang bukan hal yang mudah. Akibatnya kerajaan Galuh menjadi kerajaan yang kecil dan lemah. Dengan kondisi yang demikian, menjadikan rasa percaya diri medang kamolan meningkat, Dewata Cengkar pun bertekat bulat untuk merebut kerajaan galuh dari tangan ayahnya sendiri. Penyerangan oleh Kerajaan Medang Kamolan dipimpin langsung oleh Prabu Dewata Cengkar, kedatangan pasukan Medang Kamolan dihadang oleh bala tentara Galuh. Kabar penyerangan Medang Kamolan akhirnya sampai pada Prabu Watu Gunung, dan betapa kagetnya dia mengetahui bahwa yang menyerang kerajaannya tak lain adalah anakya sendiri. Seketika Prabu Watu Gunung naik pitam dan mengutus semua prajurit untuk melawan Medang Kamolan. Namun apalah daya, kekuatan kerajaan Galuh sudah tidak sekuat sebelumnya, prajurit jatuh berguguran dan akhirnya Dewata Cengkar berhadapan dengan ayahnnya sendiri. Dihantamkan gada milik Dewata Cengkar kearah Watu Gunung, bersaamaan dengan lenyapnya Prabu Watu Gunung, keluar  asap dan cahaya terang yang berubah menjadi hutan belantara, lalu dari dalam hutan terdengar suara dari ayah Dewata Cengkar, “Dewata Cengkar, Semua sudah terlanjur!!! Dengan sifat-sifatmu yang seperti binatang, nantinya akan menjadi kenyataan.”

Mendengar suara tersebut Dewata Cengkar merasa menyesal serta takut jikalau  apa yang telah didengarnya menjadi kenyataan. Namun, gemuruh suka cita rakyat Medang dan dukungan penuh dari Patih Aryo Tengger dan Tumenggung Rudo Pekso mampu menghilangkan penyesalan tersebut. Dihari-hari kemenangan suasanya masyarakat medang kamolan terlihat berwarna, umbul-umbul bendera menghiasi sepanjang jalan, tak lupa perayaan pesta kemenangan medang kamolan dirayakan, untuk mempersiapkannya kaum wanita memasak bermacam-macam hidangan hingga berhari-hari, hingga salah satu jari juru masak terpotong dan masuk dalam hidangan tanpa disadarinya. Saat pesta berlangsung seemua makanan dilalap habis masyarakat medang juga bersama rajanya. Beberapa saat setelah pesta selesai, Sang Prabu merasakan kembali nikmatnya daging manusia setelah sekian lama tidak menyantap hidangan favoritnya itu. Lalu ia meminta Aryo tengger untuk menyiapkan tumbal setiap harinya. Dengan sedikit kaget Aryo Tengger menuruti apa yang diminta Rajanya, karena Aryo Tengger baru mengetahui jika dahulu Sang raja gemar menyantap daging manusia. Pengambilan korban diambil dari tahanan secara diam-diam, namun seiring berjalannya waktu isi tahanan sudah habis dan pengambilan korban diambil dari rakyat jelata. Walaupun pengambilan korban dilakukan secara diam-diam akhirnya didengar juga oleh warga. Pada akhirnya banyak warga yang meninggalkan medang kamolan, dan keberadaan gadis kian menipis.

Artikel selanjutnya ; Datangnya Ajisaka (Terjadinya Bledug Kuwu Part2)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Alasan kenapa semua bilangan yang dibagi 0 hasilnya 1

Aplikasi Pengusir Nyamuk Untuk Android

Arti Aksara Jawa (Ha Na Ca Ra Ka)